Fenomena Rojali dan Rohana: Krisis Ekonomi atau Gaya Hidup Kekinian Milenial dan Gen Z?

Di mal-mal besar Indonesia, istilah Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) sedang jadi buah bibir. Tapi, apakah fenomena ini benar-benar cerminan krisis ekonomi, atau justru gaya hidup baru Milenial dan Gen Z yang cerdas berbelanja? Mari kita kulik lebih dalam apa yang mendorong perilaku ini dan bagaimana dampaknya terhadap dunia ritel.

Apa Itu Rojali dan Rohana?

Rojali menggambarkan rombongan yang datang ke mal untuk jalan-jalan, menikmati fasilitas seperti AC, atau sekadar nongkrong, tapi minim pembelian—paling banter cuma beli minuman untuk sharing. Sementara Rohana adalah mereka yang rajin bertanya soal harga atau spesifikasi produk, tapi ujung-ujungnya pergi tanpa membeli, sering karena memilih belanja online. Fenomena ini kian marak di tengah lesunya daya beli masyarakat, terutama pasca pandemi COVID-19.

Data dari Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menunjukkan omzet ritel non-makanan seperti fesyen turun hingga 20% di beberapa mal, sementara sektor makanan dan minuman justru naik 5-10%. Ini menandakan perubahan fungsi mal: dari pusat belanja menjadi ruang sosial.

Krisis Ekonomi: Akar Masalahnya?

Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan, dengan inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok membuat masyarakat lebih selektif. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), daya beli masyarakat menengah ke bawah menurun sejak 2023, memicu perilaku hemat. Rojali dan Rohana jadi bukti nyata: mal tetap ramai, tapi dompet pengunjung sering kali “dingin”. Banyak yang datang untuk menikmati suasana mal sebagai alternatif ruang publik—sesuatu yang sulit ditemukan di kota-kota besar dengan minimnya taman atau tempat rekreasi gratis.

Namun, ini bukan sekadar soal ekonomi. Mal kini jadi tempat “ngadem” dan bersosialisasi, terutama bagi kelas menengah yang ingin hiburan murah. Fenomena ini juga mencerminkan adaptasi masyarakat urban di tengah tekanan finansial.

Gaya Hidup Milenial dan Gen Z: Showrooming dan Belanja Cerdas

Milenial dan Gen Z, yang mendominasi pengunjung mal, punya kebiasaan unik: showrooming. Mereka datang ke toko fisik untuk melihat, menyentuh, atau mencoba produk, lalu membandingkan harga secara online. Platform e-commerce seperti Shopee atau Tokopedia sering menawarkan harga lebih murah, ditambah diskon dan gratis ongkir. Hasilnya? Banyak yang jadi Rohana: tanya-tanya di mal, beli di aplikasi.

Studi dari Nielsen (2024) menyebutkan 65% Gen Z di Indonesia lebih suka riset produk secara offline sebelum beli online. Ini bukan hanya soal hemat, tapi juga gaya hidup digital yang cerdas. Media sosial seperti Instagram juga memengaruhi: mereka ingin tahu tren terkini di mal, tapi belanja dilakukan di platform yang lebih terjangkau.

Dampak pada Ritel dan Solusi Kreatif

Fenomena Rojali dan Rohana menantang pelaku ritel. Toko fesyen dan elektronik sering merugi karena tingginya biaya sewa mal, sementara omzet menurun. Namun, sektor F&B justru diuntungkan karena pengunjung tetap membeli makanan atau minuman meski dalam jumlah kecil.

Apa solusinya? Pengelola mal mulai berinovasi dengan mengadakan event hiburan, diskon besar-besaran, atau kolaborasi dengan influencer untuk menarik pembeli. Pedagang juga bisa memanfaatkan omnichannel, menggabungkan pengalaman offline dan online, seperti promo eksklusif via aplikasi mal.

Kesimpulan: Fenomena yang Tak Bisa Diabaikan

Rojali dan Rohana bukan sekadar tren lucu, tapi cerminan dinamika ekonomi dan gaya hidup. Bagi masyarakat, mal adalah oase sosial di tengah minimnya ruang publik. Bagi Milenial dan Gen Z, ini soal berbelanja cerdas di era digital. Bagi pelaku ritel, ini adalah panggilan untuk beradaptasi. Jadi, apakah Anda tim Rojali, Rohana, atau pembeli sejati?

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Scroll to Top